Photosynthesis Report (Laporan Fotosintesis)



BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Percobaan
-          Menjelaskan proses terjadinya fotosintesis dan hasil dari proses fotosintesis tersebut.
-          Mengetahui peran cahaya dalam proses fotosintesis pada tumbuhan air.
-          Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis.

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1  Fotosintesis di Alam
            Tumbuhan dan autotrof lainnya merupakan produsen biosfer. Fotosintesis menyediakan makanan bagi hampir seluruh kehidupan di dunia baik secara langsung atau tidak langsung. Organisme memperoleh senyawa organik yang digunakannya untuk energi dan rangka karbon dengan satu atau dua cara utama: nutrisi autotrofik atau heterotrofik. Pada mulanya, istilah autotrofik (bahasa Yunani), autos, berarti “sendiri”, dan trophos, berarti “memperoleh makanan”, yang bertentangan dengan prinsip bahwa organisme merupakan sistem terbuka, yang mengambil sumber daya dari lingkungannya. Akan tetapi, autotrof bukanlah mencukupi diri sendiri secara total; autotrof itu menyediakan makan bagi diri sendiri hanya dalam pengertian bahwa autotrof dapat mempertahankan dirinya sendiri tanpa memakan dan menguraikan organisme lain (Campbell et al., 2002).
            Autotrof membuat molekul organik mereka sendiri dari bahan mentah anorganik yang diperoleh dari lingkungannya. Oleh karena alasan inilah para ahli biologi menyebut autotrof sebagai produsen biosfer. Tumbuhan disebut autotrof karena nutrient satu-satunya yang mereka butuhkan ialah karbon dioksida dari udara, dan air serta mineral dari tanah. Secara khusus, tumbuhan merupakan fotoautotrof, yaitu organisme yang menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk mensistesis karbohidrat, lipid, protein, dan bahan organik lainnya. Fotosintesis juga terjadi dalam algae, termasuk protista tertentu, dan dalam sebagian prokariota. Organisme heterotrof memperoleh materi organik melalui cara pemenuhan nutrisi kedua. Ketidakmampuan dalam membuat makanan mereka sendiri, menyebabkan heterotrof ini hidup tergantung pada senyawa yang dihasilkan oleh organisme lain. Heterotrof merupakan konsumen biosfer (Campbell et al., 2002).
            Bentuk paling jelas dari “pemberian makanan bagi pihak lain” (hetero berarti “lain, berbeda”) terjadi apabila hewan memakan timbuhan atau hewan lain. Tetapi nutrisi heterotrofik mungkin kurang terlihat jelas. Sebagian heterotrof mengkonsumsi sisa-sisa organism mati, menguraikan dan memakan sampah organik seperti bangkai, tinja, dan daun-daun yang gugur, heterotrof ini dikenal sebagai pengurai. Sebagian besar fungsi dan banyak jenis bakteri memperoleh makanan dengan cara seperti ini. Hampir seluruh heterotrof, termasuk manusia, benar-benar tergantung pada fotoautotrof untuk mendapatkan makanan, dan juga untuk mendapatkan oksigen, yang merupakan produk samping fotosintesis. Dengan demikian, kita dapat menelusuri makanan yang kita makan dan oksigen yang kita hirup pada kloroplas (Campbell et al., 2002).
            Kloroplas merupakan tempat fotosintesis pada tumbuhan, termasuk batang hijau dan buah yang belum matang, memiliki kloroplas, tetapi daun merupakan tempat utama berlangsungnya fotosintesis pada sebagian besar tumbuhan. Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap kloroplas inilah yang menggerakkan sintesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang disebut stomata (tunggal, stoma; bahasa Yunani, berarti “mulut”) (Campbell et al., 2002).
            Sistem halus yang berupa membran tilakoid yang saling terhubung memisahkan stroma dari ruangan lain, yaitu ruang tilakoid (atau lumen). Di beberapa tempat, kantong tilakoid bertumpuk dalam kolom yang disebut grana. Klorofil terdapat di dalam membran tilakoid (Campbell et al., 2002).



1.2.2 Pigmen Fotosintesis
            Pigmen fotosintesis dibagi dalam dua kelompok, yaitu pigmen pusat reaksi (klorofil primer) dan pigmen asesoris (klorofil, fikobilin, dan karotenoid). Pigmen yang mampu menangkap energi cahaya, adalah pigmen asesoris. Pigmen pusat reaksi hanya menerima energi dari pigmen asesoris. Pigmen asesoris penangkap cahaya mempunyai absorbansi cahaya pada panjang gelombang yang berbeda-beda (Purwoko, 2007).

1.2.3 Jalur Fotosintesis
            Dengan keberadaan cahaya, bagian-bagian tumbuhan yang bewarna hijau menghasilkan bahan organik dan oksigen dari karbon dioksida dan air. Dengan menggunakan rumus molekul, kita dapat merangkum fotosintesis dengan persamaan kimiawi ini:
6CO2 + 12H2O + Energi cahaya → C6H12O6 + 6O2 + 6O2
Karbohidrat C6H12O6 ialah glukosa. Air muncul pada kedua sisi persamaan itu karena 12 molekul dikonsumsi dan 6 molekul terbentuk lagi selama fotosintesis. Kita dapat menyederhanakan persamaan itu dengan memperlihatkan selisih konsumsi air:
6CO2 + 6H2O + Energi cahaya → C6H12O6 + 6O2
Dengan menulis persamaan tersebut dalam bentuk ini, kita dapat melihat bahwa perubahan kimiawi secara keseluruhan selama fotosintesis merupakan kebalikan perubahan kimiawi yang terjadi selama respirasi seluler (Campbell et al., 2002).

1.2.4 Proses Fotosintesis
            Pigmen, membran tilakoid mengandung pigmen yang peka terhadap cahaya, dan menyerap energi cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Semua energi cahaya yang diserap pada akhirnya dibawa ke klorofil a.
a.       Klorofil a dan klorofil b terbentuk dari sebuah cincin porfirin yang mengandung magnesium dan sebuah ekor hidrokarbon, ikatan kelompok fungsional pada porfirin yang membedakan keduanya. Klorofil berwarna biru atau kuning hijau.
b.      Karotenoid, yang merupakan hidrokarbon, adalah pigmen kuning dan oranye.
Fotosistem, pigmen penyerap cahaya dan beberapa molekul lain tersusun dalam fotosistem di membran tilakoid. Tiap fotosistem dirangsang secara optimal oleh spektrum cahaya yang berbeda (Bresnick, 2003).
a.       Fotosistem I mengandung molekul klorofil a yang paling sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm (P700).
b.      Fotosistem II mengandung molekul klorofil a yang paling sensitif terhadap cahaya dengan panjang gelombang 680 nm (P680) (Bresnick, 2003).
Tahap fotosintesis, terdapat dua tahap fotosintesis, tahap reaksi cahaya dan siklus Calvin.
a.       Reaksi cahaya, memiliki dua jalur aliran elektron: siklik dan nonsiklik. Keduanya terjadi di membran tilakoid.
1)      Aliran elektron siklik. Elektron dikembalikan ke klorofil di dalam fotosistem.
a)      Penyerapan energi cahaya (foton) oleh fotosistem I menyebabkan klorofil a bergerak dari keadaan dasarnya ke keadaan tereksitasi.
b)      Klorofil a kehilangan elektron yang tereksitasi dan elektron tersebut dibawa ke molekul disebelahnya, yaitu akseptor elektron primer.
c)      Akseptor elektron primer menyediakan elektron untuk rantai transportasi elektron. Rantai tersebut meliputi feredoksin (protein yang mengandung zat besi), plastokuinon (pembawa elektron), kompleks sitokrom, dan plastosianin (protein yang mengandung tembaga).
d)     Seiring dengan berpindahnya elektron dari satu bagian rantai ke bagian berikutnya, ion hidrogen dipompakan melintasi membran tilakoid kedalam kompartemen tilakoid. Hubungan elektron dengan pemompaan ion hidrogen membangkitkan gaya penggerak proton yang memberikan kekuatan pada enzim yang kemudian memfosforilasikan adenin difosfat (ADP) menjadi adenin trifosfat (ATP).
e)      Plastosianin yang merupakan protein terakhir pada rantai transportasi elektron berfungsi mengembalikan elektron ke fotosistem I (Bresnick, 2003).
2)      Aliran elektron nonsiklik. Elektron bergerak dari air ke nikotinamid adenin dinukleotida fosfat yang teroksidasi (NADP+), elektron tersebut tidak kembali ke klorofil didalam fotosistem. Pigmen di fotosistem I dan fotosistem II dapat dirangsang.
a)      Stimulasi fotosistem I
-          Klorofil a bergerak dari keadaan dasarnya ke keadaan tereksitasi.
-          Elektron dipindahkan ke akseptor elektron primer.
-          Dari akseptor elektron primer, elektron dipindahkan ke feredoksin, tempat NADP+ reduktase mereduksi NADP+dan H+ menjadi nikotinamid adenin dinukleotida fosfat yang tereduksi (NADPH).
b)      Stimulasi fotosistem II
-          Cahaya merangsang klorofil a di dalam kompleks fotosistem II.
-          Akseptor elektron primer di fotosistem II menarik elektron dari klorofil dan memindahkan ke rantai transportasi elektron yang sama terlibat dalam reaksi siklik.
-          Elektron bergerak menuruni rantai transportasi elektron, dan kehilangan energi potensialnya. Transportasi elektron dirangkaikan ke ion hidrogen kemudian dipompakan melintasi membran tilakoid. Gaya penggerak proton dibangkitkan, kemudian menggerakkan sintesis ATP.
-          Elektron pada akhirnya dipindahkan ke fotosistem I, dan menggantikan elektron yang hilang selama reduksi NADP+.
-          Elektron yang hilang pada fotosistem II digantikan oleh hidrolisis air menjadi gas oksigen dan ion hidrogen:
H2O→1/2 O2 + 2H+ + 2e-
c)      Siklus Calvin, jalur yang penting tempat molekul gula dibentuk dari karbon dioksida, berlangsung di dalam stroma kloroplas.
1.      Untuk menyintesis sebuah molekul gliseraldehid fosfat, siklus harus berlangsung tiga kali. NADP+ digunakan untuk mengurangi tenaga, dan ATP digunakan sebagai sumber energy. Untuk setiap tiga molekul karbon dioksida yang memasuki siklus, dihasilkan satu molekul gliseraldehid fosfat (gula dengan tiga atom karbon), Sembilan molekul ATP dihidrolisis, dan enam molekul NADPH dioksidasi.
-          Setiap molekul karbon dioksida melekat pada ribulosa bisfosfat (ribulose biphosphate = RuBP), suatu gula dengan lima atom karbon, untuk membentuk molekul enam atom karbon yang tidak stabil yang kemudian berpisah membentuk dua molekul tidak stabil yang kemudian berpisah membentuk dua molekul 3-fosfogliserat. Langkah ini dikatalisasi oleh RuBP karboksilase.
-          Setiap molekul 3-fosfogliserat disuplai dengan gugus fosfat tambahan oleh ATP, membentuk 1, 3-difosfogliserat.
-          NADPH mereduksi 1, 3-difosfogliserat menjadi gliseraldehid fosfat.
2.      Beberapa molekul gliseraldehid fosfat meninggalkan siklus Calvin untuk memasok energi pada sel tumbuhan dan menjadi blok pembangun bagi senyawa organik lain. Molekul gliseraldehid fosfat lain tetap tinggal di dalam siklus untuk membangkitkan kembali RuBP, suatu proses yang memerlukan ATP (Bresnick, 2003).

1.2.5        Efisiensi Fotosintesis
Efisiensi fotosintesis dapat diukur dengan beberapa parameter, yaitu perbandingan energi cahaya yang diserap dengan produksi ATP, perbandingan energi cahaya yang diserap dengan produksi ATP dan NADPH + H+, dan perbandingan energi cahaya yang diserap dengan produksi oksigen. Pada dasarnya fotosintesis dipakai untuk kerja transfer elektron. Elektron dapat berjalan dari potensial elektroda rendah ke tinggi. Akan tetapi, dalam kondisi normal potensial elektroda pigmen penyerap cahaya lebih tinggi dari penerima elektron terdekat. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah energi untuk menggerakkan elektron dari potensial elektroda tinggi ke potensial elektroda rendah. Energi tersebut dapat diperoleh dari cahaya (Purwoko, 2007).




BAB II

METODE KERJA

2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Dasar tentang “Fotosintesis” ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 November 2013, pukul 10.00 – 12.00 WITA, dan bertempat di Laboratorium Fisiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
- Lampu belajar
- Labu ukur 500 ml
- Pinset
- Stopwatch
- Alat tulis
- Kalkulator
2.2.2 Bahan
- Tumbuhan air (Hydrilla sp.)
- Larutan NaHCO3 0,25%
- Air

2.3 Prosedur Percobaan
2.3.1 Perlakuan dengan air biasa tanpa cahaya
- Dimasukkan tumbuhan air (Hydrilla sp.) yang telah disediakan ke dalam labu ukur pertama dan diisi air biasa sampai tanda tera
- Diletakkan labu ukur tersebut di dalam rak tanpa terkena cahaya
- Dibiarkan selama 5 menit tanpa cahaya, kemudian dihitung gelembung yang keluar per satuan waktu (tiap 5 menit selama 5 kali percobaan)
- Dimasukkan angka jumlah gelembung ke dalam tabel dan dihitung reratanya

3.3.2 Perlakuan dengan air biasa dengan cahaya
- Dimasukkan tumbuhan air (Hydrilla sp.) yang telah disediakan ke dalam labu ukur kedua dan diisi air biasa sampai tanda tera
- Diletakkan labu ukur tersebut di tempat yang terkena cahaya dengan bantuan cahaya lampu belajar
- Dibiarkan selama 5 menit dengan cahaya, kemudian dihitung gelembung yang keluar per satuan waktu (tiap 5 menit selama 5 kali percobaan)
2.3.3 Perlakuan dengan air + NaHCO3 (0,5%) tanpa cahaya
- Diganti air yang digunakan dengan air yang mengandung NaHCO3 0,5%
- Dilakukan tanpa cahaya dan dihitung jumlah gelembung yang keluar tiap 5 menit selama 5 kali percobaan
- Dimasukkan angka jumlah gelembung ke dalam tabel dan dihitung reratanya
2.3.4 Perlakuan dengan air + NaHCO3 (0,5%) dengan cahaya
- Diganti air yang digunakan dengan air yang mengandung NaHCO3 0,5%
- Diletakkan labu ukur tersebut di tempat yang terkena cahaya dengan bantuan cahaya lampu belajar
- Dihitung jumlah gelembung yang keluar tiap 5 menit selama 5 kali percobaan
- Dimasukkan angka jumlah gelembung ke dalam tabel dan dihitung reratanya










BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan jumlah gelembung yang dilakukan terhadap tumbuhan air (Hydrilla sp.) baik yang menggunakan air biasa maupun dengan ditambahkan larutan NaHCO3 0,25% pada percobaan “Fotosintesis”, maka data hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
3.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Fotosintesis dengan Menggunakan Air Biasa
Keterangan
Jumlah Gelembung menit ke-
Jumlah
Rata-rata
5
10
15
20
25
Tanpa Cahaya
1
0
0
1
2
4
1
Dengan Cahaya
32
28
19
9
7
95
19

3.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Fotosintesis dengan Menggunakan Larutan NaHCO3
Keterangan
Jumlah Gelembung menit ke-
Jumlah
Rata-rata
5
10
15
20
25
Tanpa Cahaya
1
5
0
3
0
9
2
Dengan Cahaya
23
42
50
58
18
171
34

3.2  Reaksi
NaHCO3 + H2O → NaOH + CO2 + H2O

3.3  Pembahasan
Fotosintesis adalah proses pembuatan energi atau zat makanan atau glukosa yang berlangsung atas peran cahaya matahari (photo = cahaya, synthesis = proses pembuatan atau pengolahan) dengan menggunakan zat hara atau mineral, karbon dioksida (CO2), dan air (H2O). Makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintesis adalah tumbuhan, algae, dan beberapa jenis bakteri.
Reaksi fotosintesis terjadi:
6H2O + 6CO2  C2H12O6 (glukosa) +             6O2
Fotosintesis terjadi dalam dua tahap, yaitu reaksi terang (memerlukan cahaya matahari), dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya matahari).
Reaksi terang berlangsung di dalam membran tilakoid di grana. Grana adalah struktur bentukan membran tilakoid yang terbentuk dalam stroma, yaitu salah satu ruangan dalam kloroplas. Di dalam grana terdapat klorofil, yaitu pigmen yang berperan dalam fotosintesis. Reaksi terang disebut juga fotolisis karena proses penyerapan energi cahaya dan penguraian molekul air menjadi oksigen dan hidrogen.
Reaksi gelap berlangsung di dalam stroma. Reaksi yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 yang diperoleh dari udara dan energi yang diperoleh dari reaksi terang. Tidak membutuhkan cahaya matahari, tetapi tidak dapat berlangsung jika belum terjadi siklus terang, karena energi yang dipakai berasal dari reaksi terang.
Ada dua macam siklus, yaitu siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson, tumbuhan menghasilkan senyawa dengan jumlah atom karbon tiga, yaitu senyawa 3-fosfogliserat. Siklus ini di bantu oleh enzim rubisco. Pada siklus Hatch-Slack, tumbuhan menghasilkan senyawa dengan jumlah atom karbon empat. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxylase. Produk akhir siklus gelap diperoleh glukosa yang dipakai tumbuhan untuk aktivitasnya atau disimpan sebagai cadangan energi.
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil yang sangat signifikan. Pada perlakuan dengan air biasa dan tanpa cahaya, jumlah gelembung atau kadar oksigen yang dihasilkan sangat sedikit. Ini disebabkan karena cahaya tidak berperan secara langsung dalam proses fotosintesis tersebut, dimana cahaya berperan untuk mengikat karbon dioksida, klorofil, dan air guna menghasilkan oksigen dan glukosa. Sebaliknya pada perlakuan dengan menggunakan cahaya diperoleh hasil yang sangat berbeda. Jumlah gelembung atau kadar oksigen lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa cahaya.
Jadi dapat dibuktikan bahwa intensitas cahaya sangat dibutuhkan dalam meningkatkan laju fotosintesis. Pada percobaan ini selain air biasa, digunakan juga air biasa yang ditambahi dengan NaHCO3. Pada saat diberikan perlakuan tanpa cahaya, jumlah gelembung sangat sedikit. Namun, lebih banyak dibandingkan dengan air biasa. Sedangkan perlakuan dengan cahaya jumlah gelembung yang dihasilkan sangat banyak dibandingkan perlakuan tanpa cahaya. Jauh lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan air biasa. Ini disebabkan karena NaHCO3 dapat merangsang atau mengikat karbon dioksida lebih banyak sehingga dihasilkan jumlah gelembung atau oksigen yang lebih banyak. Fungsi dari larutan NaHCO3 dalam percobaan fotosintesis ini adalah sebagai katalis untuk mempercepat terjadinya proses fotosintesis pada tumbuhan Hydrilla sp.
Dalam percobaan ini juga dijumpai beberapa faktor kesalahan diantaranya adalah kurang teliti dalam menghitung jumlah gelembung yang naik dan tidak tersedia cahaya yang cukup sehingga ada beberapa perlakuan yang membutuhkan intensitas cahaya lebih banyak agar jumlah gelembung yang didapat signifikan dan kesalahan dalam melakukan pemberian jumlah senyawa.
Faktor internal yang mempengaruhi proses laju fotosintesis pada tumbuhan Hydrilla sp. antara lain adalah banyak sedikitnya klorofil pada tumbuhan Hydrilla sp., morfologi daun tumbuhan Hydrilla sp. memiliki luas permukaan daun yang kecil namun jumlah daunnya banyak sehingga penyerapan cahaya dan CO2 menjadi lebih banyak dan kedudukan daun tumbuhan Hydrilla sp. yang menghadap cahaya akan mempengaruhi proses fotosintesis sehingga menghasilkan banyak gelembung, dan struktur anatomi daun tumbuhan Hydrilla sp. frekuensi dan distribusi serta menutup dan membukanya stomata akan berlangsung secara cepat sehingga distribusi CO2 berlangsung cepat, sedankan jika tumbuhan Hydrilla sp. diletakkan pada tempat yang kurang cahaya, maka frekuensi membuka dan menutupnya stomata akan berlangsuna lambat sehingga distribusi CO2 sedikit dan gelembung yang dihasilkan juga sedikit. 
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses laju fotosintesis pada tumbuhan Hydrilla sp. antara lain adalah cahaya, karena intensitas, kualitas, dan lama penyinaran berpengaruh terhadap banyak sedikitnya produksi gelembung oksigen yang dihasilkan. Konsentrasi karbondioksida juga merupakan faktor eksternal pada proses fotosintesis, semakin banyak karbondioksida di udara maka semakin banyak pula jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan Hydrilla sp. untuk melangsungkan proses fotosintesis. Suhu juga termasuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi laju proses fotosintesis, enzim – enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintesis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim. Suhu optimum sekitar 350C. Kadar air juga mempengaruhi laju proses fotosintesis. Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
Jika hasil fotosintesis seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila hasil fotosintesis bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.












BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
-          Fotosintesis adalah mekanisme dimana terjadi konversi energi cahaya, karbon dioksida, dan air menjadi glukosa, gula lain, dan senyawa organik. Terjadi di dalam kloroplas dengan menggunakan bantuan pigmen hijau yang disebut klorofil. Energi cahaya mengikat klorofil, karbon dioksida (CO2), dan air (H2O) kemudian mengubahnya menjadi C6H12O6 dan oksigen (O2).
-          Cahaya berpengaruh terhadap banyak sedikitnya produksi gelembung oksigen yang dihasilkan. Jika tumbuhan Hydrilla sp. diletakkan di tempat yang banyak cahayanya, maka gelembung oksigen yang dihasilkan akan semakin banyak dan sebaliknya jika tumbuhan Hydrilla sp. diletakkan di tempat yang kurang cahayanya maka produksi gelembung oksigen yang dihasilkan hanya sedikit. Hal ini karena cahaya berpengaruh lansung terhadap membuka dan menutupnya stomata.
-          Faktor yang mempengaruhi fotosintesis ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah intensitas cahaya, banyak sedikitnya klorofil, morfologi daun, kedudukan daun dan struktur anatomi daun. Sedangkan faktor eksternal adalah konsentrasi karbondioksida, suhu dan kadar air.

4.2 Saran
            Diharapkan pada praktikum selanjutnya digunakan bahan lain seperti Euglena viridis agar kita dapat mengetahui bagaimana proses fotosintesis pada tanaman tersebut.





DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, S.D. 2003. Intisari Biologi. Jakarta: Hipokrates. ISBN: 979-492-127-0
Campbell, N.A., J.B. Reece., L.G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. ISBN: 979-688-468-2

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara. ISBN 952-10-.     3374-6


0 Komentar