Ibu JIwa Ragaku



Ditengah kesenian, keramaian, dan berbagai kesibukan kota. Aku tumbuh hidup dan berkembang bersama ibuku untuk dapat menaklukan kerasnya perjuangan hidup.Banyak orang yang tidak mempedulikanku dari berbagai kalangan terutama kalangan atas yang tidak punya cipta,karsa, dan karya dalam soal kehidupan.
 Aku selalu membebankan ibuku, kemanapun ibuku pergi kesanalah aku berpijak. Aku selalu dalam ayunannya dari dulu hingga dewasa seperti sekarang. Kami serasa hidup hanyalah berdua untuk menantang dunia yang fana ini. Ayahku telah meninggal beberapa tahun lalu. Tapi, aku pikir bahwasanya tuhan yang maha kuasa di seluruh alam jagat raya ini yaitu Allah SWT telah memberikan pilihan hidup yang terbaik yang harus di rancang.
Dalam menjalani kehidupan ini kadangakala aku merasa bahawa aku adalah salah seorang yang tak berguna bagi siapapun didunia ini. Aku hanyalah berguna untuk dapat memberatkan ibunda tercintaku, memberatkan jiwa dan raganya. Ketidak sempurnaan membuat aku bersimpuh tidak dapat berharap terlalu tinggi dalam kehidupan, namun aku mempunyai mimpi dan nyanyian yang besar meskipun kaki tiada.
Setiap hari aku yang masih dipangkuan ibuku, aku memanfaatkan raga ini hanya untuk membuat orang lain merasa peduli terhadap aku. Aku dan ibuku duduk disamping jalan dengan membawa sebuah wadah untuk meraup hadiah, kami sadar perbuatan ini adalah hina namun entahlah beginilah nasib seraya menyanyjung kehidupanku.
Suatu hari yang cerah dengan dermaan ibuku seraya berkata, dia tidak lagi dan bahkan membenci kegiatan sehari-hari yang hanya membuat orang lain merasa belas kasihan. Ibuku yang sedang mengais aku pergi mengambil wadah kewarung. Mulai dari hari  itu ibu dengan semangat yang tinggi meskipun aku selalu memberatkan dia karena tidak dapat berjalan dan selalu ada dalam ayunannya berjualan kesitiap rumah, stasiun kerta, dan terminal bus untuk menjual kue dari ibu Mira. Ibu Mira adalah seseorang yang mempunyai warung dan dia begitu sangat peduli lingkungan sekitar.
Malam telah tiba, ibuku tertidur disampingku dan aku tatap wajahnya. Dia terlihat begitu lelah dari biasanya. Aku terharu melihat dia, aku ber tekad untuk hari besok untuk tidak lagi dalam ayunannya. Aku harus bias membantu berjualan kue ibuku.
Keesokan harinya ibuku seraya mau mengaisku, namun saat ini aku menolaknya dan aku meyakinkan ibuku dengan mengatakan “ ibu aku bisa lebih baik dan mengubah dunia ”. Ibuku menangis dan dia mengelus-elus aku seraya berkata: “nak, kaulah pejuang tangguh ibu yakin kau menolak ini karena engkau yakin dengan dirimu, teruslah berjuang semoga Allah selalu meridha’I mu”.
Kini aku ditawari oleh ibu Mira untuk berjualan kue dengan menggunakan sepeda motor beroda empat yang automatik.  Aku pun diajari  naik sepeda oleh paman Ardi yang bersikap begitu mulia. Aku yakinkan dalam hati ini bahwa aku pasti bisa. Setelah dua minggu aku diajari oleh paman Ardi aku lumayan lihay mengendarai motor.
Ibuku tersenyum melihat aku dapat berubah menjadi sesosok orang yang sempurna dalam ketidak sempurnaan. aku begitu semangat lagi untuk dapat berkereasi.
Bertahun- tahun aku berjualan kue, akhirnya aku dapat membuka usaha baru dan lowongan baru untuk menerima kariawan. Ibuku selalu ku jaga dan kurawat sekarang karena aku yakin tanpa ibuku dan izin Allah hidupku tidak mungkin berubah.
Note: “Everyone is better to right transformation but not be everything. Mother is really the best to care and dedication , these things because Allah SWT”.

1 Komentar

Terlama